Selasa, 19 Juli 2016

Crows Zero, Tawuran dan Kejantanan....

Film Crows Zero memang identik dengan yang namanya tawuran, geng dan rebutan kekuasaan. sepengetahuan saya, alasan yang mendasari pertarungan anak-anak di film Crows Zero adalah perasaan ingin menjadi yang terkuat, yang paling disegani, dan paling ditakuti oleh sekolah-sekolah lain. adakalanya terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah, karena memang pada dasarnya keinginan mereka adalah menjadi yang paling super, jadi tak heran banyak terjadi perkelahian di dalam satu sekolah, antar kelas, antar angkatan, ataupun antar ketua kelompok.

Apa yang ingin saya katakan disini bukanlah membenarkan apa yang dilakukan siswa-siswa labil di negeri kita ini yang hobinya masih suka tawuran dan berlindung dibalik senjata yang ia pegang. Hanya saja, satu hal yang membuat saya heran, dalam Crows Zero itu tak pernah ada satupun siswa, atau ketua-ketua dari sekolah-sekolah yang menggunakan senjata dalam setiap pertarungannya. Semua perkelahian dilakukan dengan tangan kosong, seluruh perkelahian berdasarkan pada kemampuan setiap anak dalam bela diri. Mereka harus mampu membela diri mereka sendiri, dan juga siap melindungi teman-temnnya jika ada yang terluka parah atau kalah.

Mereka belajar menjadi lelaki yang memiliki integritas dan tanggung jawab dengan cara diluar kebiasaan. mereka belajar mengerti resiko dari apa yang mereka lakukan, dan terutama lagi adalah belajar menghargai sesama ' petarung ' alias lawan-lawan mereka. Ada saat dimana-mana sekolah berkelahi habis-habisan hingga banyak personil harus dirawat di rumah sakit, namun ada saat dimana mereka bertemu, atau berpapasan, tanpa ada tendensi untuk memukul, apalagi berkelahi.

 Jadi, yang membuat saya cukup bingung disini adalah dengan definisi tawuran itu sendiri. Yang manakah tawuran yang sebenarnya? mereka anak-anak yang berlari-lari sambil melempar batu ke arah lawan, memutar-mutar sabuk dan membawa celurit sudah tak nampak ' kelelakiannya'. Mereka sudah tak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri, hingga harus berlindung di balik senjata. Tidak mempercayai kepalan tangannya, dan kekuatan kakinya. bagi saya, mereka lebih nampak seperti gengster-gengster di film asia yang suka membawa alat pukul dalam perkelahiannya.

Padahal mereka memiliki level berbeda. penguasaan diri, dan pola pikir yang berbeda pula, jadi sejujurnya gaya perkelahian gengster itu tak cocok untuk ditiru anak-anak sekolah, yang uang jajan saja masih harus meminta kepada ayah dan bunda. sungguh disayangkan sekali, padahal jika siswa tukang berantem di negeri ini memiliki pola yang sama seperti di film Crows Zero, negeri kita bisa dengan mudah menyalurkan bakat dan adrenalin mereka, banyak yang akan menjadi the next Chris John, dan masih banyak lagi yang bisa disewa KPK untuk membikin bonyok tikus-tikus ngeyel di negeri ini.
adakalanya terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah, karena memang pada dasarnya keinginan mereka adalah menjadi yang paling super, jadi tak heran banyak terjadi perkelahian di dalam satu sekolah, antar kelas, antar angkatan, ataupun antar ketua kelompok.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/agina/tawuran-dan-crows-zero_5517f1faa333114f07b66191

0 komentar:

Posting Komentar